Pages

12 April, 2011

short-interview with The Innocent Kid.

  Oi! Oi!... apa kabarnya saudara sebangsa dan setanah airrrr???
        Setelah sekian lama tidak menulis-nulis, this must be my 1st post on April. Sebetulnya sudah sedari kemarin-kemarin pengin banget ngepost sometimes, eh, something, tapi bingung mau nulis apa. Selain itu lagi nggak ada berita heboh, kecuali kisahnya tante Malinda, om Arifinto, dan Mas Norman yang semua sudah hafal dari prolog sampe monolog,eh epilognya. Naah, kali ini aku tertarik buat ngangkat satu profil temenku yang (buat aku) cukup polos ini, tapi sebetulnya aku juga nggak begitu dekat dengan dia.
        Dia ini nggak lain adalah temen sekampus, sejurusan, sekamar, sekelasku, namanya Ganang Nur Restu. Dia ini orang aseli Bantul, FYI: Bantul itu satu kabupaten yang ada di sebelah selatan Yogyakarta, gatau ya masuk daerah kota satelit atau sub-urban fringe, yg jelas (sebenernya) Bantul ini cukup maju dan eksis banget (ngarep dapet amplop dari Pak Idham Samawi, bupati bantul). 
Ganang


           Nah orang kaya’ Ganang ini cukup jarang saya temui di tengah kaum sosialita eksil FIB. Pasalnya dari awal kuliah dia ini bangga banget mengakui kalo dirinya adalah anak seorang Petani, yang (katanya) kalo dirumah sibuk ngangkutin gabah (padi kering yg siap digiling) dari sawahnya, bahkan keluarga mereka tidak lagi menggunakan kerbau ataupun traktor tapi konon Ganang sendiri yg membajak sawahnya langsung #yanginicumahoax
      Nah, yang aku heran lagi adalah kesugguhannya dalam mencintai nilai-nilai dasadharma pramuka dan butir-butir UUD’45 band idolanya. Jadi gini, melihat fenomena yang ditangkap oleh mata ketigaku #halah, dan sebenernya ngaca dari pengalaman dan lingkungan sekitar (curcol), menurutku entah sejak kapan namun yang jelas sampai sekarang, masih banyak anak muda yang entah labil atau enggak, pada awalnya menggebu-gebu pada satu band baru (band independen khususnya) yang kemudian mereka klaim sebagai idola mereka, kemudian mereka akan presensi di setiap aksi panggung mereka. Namuuun... setelah band tersebut mulai banyak dikenal orang bahkan berhasil masuk major label, kontan orang-orang tersebut (nggak semuanya) meninggalkan band tersebut dan mengklaim kalo mereka udah nggak ‘oke’ lagi atau nggak apalah, karena udah nggak independen. Terlebih lagi disusul bermunculannya kelompok massa yang mengkalim diri mereka anti pada satu band, tanpa sebut mereka sebut saja anti-mawar, anti-bunga, anti-pwg *eh, pokoknya depannya dikasih embel2 anti, lalui dilanjutkan nama band yg mereka benci, yg jelas bukan anti-mo atau anti-acne #halah
        Naah, di Jogja waktu itu booming band tulittulit (electro gitulah) yang bernama SKJ’94, yang menjadi idola para remaja (terlebih anak playgroup sekolah), termasuk aku dan Ganang. Naah, nggak berapa lama SKJ ini berhasil menembus dapur rekaman major label dan ‘menasional’ gitu deh, fenomena ini dibarengi munculnya golongan anti-skj. Bahkan kelompok anti-senamkesegaranjasmani’94 ini juga mengeluarkan stiker dan kaos yang lagi-lagi diberi embel2 “anti” didepan kata SKJ. Anak-anak yang dulunya ngefans banget dan eksis banget di tiap aksi pentas SKJ berubah jadi, apatis dan ‘mengejek’ mereka yang masih setia sama band itu. Bahkan (lagi) di tiap aksinya, ada oknum2 yg berbuat tidak senonoh seperti melorotin celana security melempari massa SKJ yg hadir di venue. Tapi bukan Ganang namanya kalo tidak melawan arus. Ganang tetap eksis di pensi band idoalnya itu, doi juga gandrung sama Pee-wee Gaskins loh, band yg juga punya massa Anti-PWG. Bahkan pernah suatu waktu dia dengan pedenya  datang sendirian dari ujung Selatan pelosok kota Jogja ke Alun-alun Kraton Cuma buat menikmati PWG manggung, ditambah lagi dia terang2an pake kaos PWG meskipun dirinya sempat dikatain oleh salah seorang oknum, bahkan diakhir acara dia sempat diajak foto oleh sejumlah gadis2 muda belia. Pensi yg diselenggarakan dalam rangka ulang tahun sebuah tivi suasta itu cukup dinodai dengan tindak anarki. Ganang juga bilang kalo saat mau masuk venue, dia berpapasan dengan serombongan anak yg udah bawa bekal, mending kalo bawanya nasi kotak sama tivi portabel, nah ini sandal jepit berkarung kresek meeeen...yang konon saat acara berlangsung jadi ‘peluru’ dadakan yang siap melayang ke band-band yg tidak mereka sukai, bahkannya lagi sempat meluncur mengenai host-nya (FYI: bukan sandal jepit aja yang melayang, konon ada botol juga.). Ganang juga pernah bilang, ibarat kata lemparan botol atau sandal udah biasa jadi santapannya tiap kali doi datang ke pensi band idolanya. (intermezzo: coba hitung ada berapa kata 'Nah' pada paragraf di atas -..-)
Dalam interview via sms, saya bertanya pada rumput yang berdisko Ganang,
“Kenapa kamu tetap datang ke pensi band idolamu,terutama yang lagi booming/heboh dan notabene-nya bakal banyak yang rusuh kalo mereka manggung?”
“kalo aku sih simple aja alasane, jika aku udah seneng 1 band yg lg heboh, apa salahnya aku nonton, toh dengan nonton aku termasuk orang yg mengapresiasi hasil karya anak negeri, ya bisa dikatakan melawan arus, aku termasuk golongan minoritas.”
Kenapa aku bilang Ganang ini ‘beda’? Karena sejauh penglihatanku, ya baru Ganang ini temen yang aku kenal yang berani dengan pedenya mengakui seneng sama sebuah band yg juga banyak nggak disukai sama orang. Karena aku dan beberapa orang yg aku kenal juga, cenderung –bisa dikatakan- ngikut aruslah, kalo satu band ini dicap jelek atau norak, kita trus ngikut berhenti suka sama mereka bahkan nggak menikmati musiknya lagi.
Mahasiswa yang minimal pengen jadi wartawan atau PNS aja setelah sarjana ini, juga ngefans banget sama Sheilan on 7. Ya, Ganang udah gandrung banjet sama satu band legendaris asal Kota Gudeg ini semenjak dirinya mulai mengenyam bangku kelas 4 SD.
                “Wah kalo So7, udah soundtrack hidupku, walopun besok aku udah punya anak dan istri, aku tetep nonton kalo So7, mereka legend je” jawabnya ketika saya Tanya tentang Sheila on 7. Saat ditanya kenapa dia tidak pernah terlibat pada komunitas groupies, Ganang menjawab dengan…dengan apa ya?
                “Alasane ribet tan, kita harus kumpul2, rapat nggak jelas, dll, sebenere ada sisi positif  nambah temen, tapi mungkin aku ngrasa lebih menikmati aja kalo sendiri,”

Hmmm… cukup seru sebenernya ngobrol sama Ganang, saya yakin sekali kalau anak ini aselinya pinter , pasalanya dia rajin banget pinjem buku di perpus cuman doi minder aja. Pernah beberapa kali dirinya tidak berani mengutarakan pertanyaan kepada salah satu dosen dan terpaksa teman disebelahnya yang unjuk bicara -..-

  Well, oke rasa rindu saya akan menulis di blog sudah terobati, meksipun rasa bosan  karena mengerjakan papper cukup membabibuta.

3 comments:

  1. wah coba ganang di interview secara intensif, ada sesi poto-poto, trus interview secara langsung mesti apik.
    sepertinya dia tipikal orang yang bisa mengeluarkan jawaban-jawaban yang bakal mengejutkan.

    ReplyDelete
  2. iya, itu aja interviu via sms haahaa...bakal panjang nanti kalau diinterviu secara intensif hihihi

    ReplyDelete
  3. terus2 bakal ditaro di majalah apa nih ttg profilnya ganang? :D

    btw salam kenal yah :)

    ReplyDelete