Pages

04 March, 2010

My first task of Composition :p

hey guys... back again w/ ma new post.. such a fresh from its oven. I've just written an article for ma 1st task of Composition! Composition is about a major that give us the rules of writing, how to write correctly, and everything about writing. My docent just told us to write everything we love to, without the rules!  It's gonna be collected this day, so I just post it on this blog, enjoy! dont forget to give your comment later.


Dari Maya sampai Maysalah….

Tantri Swastika
Ilmu Sejarah 2009
09/281888/SA/14686

            Saat ini manusia di Indonesia –kebanyakan- telah disibukkan dengan hobi baru mereka. Semenjak kehadiran situs jejaring sosial yang baru dan lebih canggih ini mampu menggeser jejaring sosial terpopuler sebelumya, masyarakat berramai – ramai pindah haluan untuk mulai membuat akun baru di sini. Ya, Facebook bukan Friendster  lagi. Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg pada 4 Februari 2004 yang hanya terbatas di kawasan Harvard College. Dan Facebook kini telah mendunia dan familiar, namun mungkin tidak bagi mereka yang belum pernah bersentuhan dengan internet. Facebook membuat kegiatan berkomunikasi semakin variatif –dengan adanya fitur update status, pesan tembok, mesej, chat, dan lainnya- serta dianggap efisien disamping penggunaan email bahkan sms atau telepon yang ada dalam fasilitas handphone. Kini orang cenderung lebih senang mengirim pesan tembok melalui Facebook daripada sms atau telephone untuk menghubungi kawan, ya jelas lebih gahoels (baca: gaul), mungkin. Nilai plus lagi bagi Facebook atau mungkin bagi situs jejaring sosial sejenisnya, orang dapat dengan mudah menemukan teman lama mereka. Hal ini ditunjang dengan fitur pencarian teman via instansi yang diikuti.
Setelah Facebook, adalagi Myspace, tapi situs ini cenderung banyak digunakan oleh musisi yang ingin memepromosikan karya – karya mereka, situs ini similar dengan Last.fm. Berbeda dengan Facebook, Myspace kurang diminati oleh orang “awam” kebanyakan, mungkin karena tak banyak fitur yang ditawarkan oleh Myspace yang tidak seseru fitur – fitur yang tersedia di Facebook. Selain situs – situs tersebut di atas, muncullah Twitter, situs yang disebut- - sebut memiliki utility sebagai microblogging ini dibuat oleh Jack Dorsey pada Agustus 2006. Twitter hanya menjual layanan utama update status yang bisa dilihat semua orang, sama seperti Facebook dan Myspace. Namun pada Twitter, ya namanya saja microblogging jadi hanya dapat memuat 140 karakter saja, serupa dengan Plurk namun pada Plurk lebih variatif fiturnya seperti adanya penanda (qualifier) umum yang telah ditentukan (“rasa”, “bilang”, “sedang”) dan ada karma yang menunjukkan kuantitas keaktifan user.

“Pamer Status”

            Nampaknya sub-title di atas lebih menggambarkan komoditi apa yang dijual oleh situs jejaring sosial saat ini. Ya, update status atau yang lebih dikenal dengan menulis apa yang sedang kamu lakukan. Tidak sedikit orang yang sudah mulai jenuh dengan aktivitasnya berfacebook ria dan mereka mulai berpindah ke Twitter, seperti yang saya alami dengan teman – teman. Di Twitter lebih simpel fitur – fitur yang ditawarkan dan saya merasa lebih cepat menerima informasi/pengetahuan di Twitter daripada di Facebook. Contohnya saat ada berita kerusuhan di Pansus antara Bang Gayus sama Ruhut waktu itu, tanpa ngadep tivi saat itu & hanya dengan mengaktifkan sms Twitter dari handphone saya, informasi datang secara cepat melalui tweet (update an status atau secara harfiah berarti “berkicau”) dari saudara saya. Diluar fitur tweeting atau mengupdate status, Twitter memiliki Trending Topics atau biasa disingkat menjadi TT. TT adalah topik – topik hangat yang sedang dibicarakan orang saat itu. Seperti saat terjadi Gempa di Haiti atau di Chile, Trending Topics diduduki oleh hashtag (tanda pagar/ nama topik) yang berlabel kan “Haiti” atau “Chile” di peringkat atas.
Orang Indonesia tak mau kalah, di TT pernah ada 3 orang Indonesia yang menduduki peringkat 10 besar TT WorldWide (ranking di seluruh dunia), antara lain; Joko Anwar, Rhana (siswi SMA), dan yang terakhir adalah fenomena Marsha (pelajar SMA). Pertama, Joko Anwar, sutradara kontroversi ini pernah nekad membuat tweet yang berbunyi “jika aku mendapatkan 3000 followers (pengikut/ istilah teman dalam twitter) dalam satu hari ini, aku akan pergi ke CK (supermarket non-stop) secara telanjang!! Otomatis pesan ini ditanggapi secara antusias oleh para pengguna twitter dan tak lupa me- RT (retweet- menyebarkan tweet ulang) kepada follower mereka. Jadilah lebih dari 3000 followers si Joko Anwar dan “nazar” nya itu dilakoni pada malam harinya. Berita tersebut sempat termuat dalam kompasiana.com dengan ditampilkan foto dokumentasinya, dan tak ketinggalan pernah menduduki peringkat pertama TT Worldwide. Bahkan –kalau tak salah- akun si Beyonce (penyanyi kenamaan) ikutan nge-tweet who the hell is Joko?”, mungkin saking tidak tahunya orang bule dengan topik yang dibicarakan, ya secara topik – topik tersebut dibicarakan dalam Bahasa Indonesia. Sedangkan Rhana, seorang pelajar SMA, berawal dari tweet yang bercanda dengan temannya mengatakan bahwa “para blackberry user itu alay (kampungan)”. Kontan tweet Rhana tersebut menyedot amarah para blackberrywan untuk menghujat Rhana. Orang – orang mengintervensi Rhana melalui twitter, facebook, bahkan blognya. Tak lupa tweet Rhana ini juga sempat menduduki Trending Topics meski hanya sebentar. Sedangkan Marsha, fenomenanya berawal dari kasus saling ejek antar pengguna Twitter. Marsha yang katanya anak orang kaya Jakarta dan bersekolah di SMU swasta menghina para pelajar yang bersekolah di sekolah negeri bahkan yang bersekolah di bawah kolong jembatan. Sekali lagi namanya ikut mejeng di Trending Topics semalaman, sampai (lagi – lagi) ada bule yang bertanya siapakah Marsha itu sebenarnya?
            Dari fenomena di atas dapat dikatakan bahwa orang Indonesia begitu tak bisa lepasnya mereka dari gadget handphone atau komputer hanya sekedar untuk berkutat dengan jejaring sosial mereka. Tentu banyak sisi positif yang dapat diambil namun tak jarang hanya efek negatif yang kita dapat. Hal itu kembali lagi kepada masing – masing individu bagaimana mereka memebagi prioritas hidup mereka antara dunia nyatanya dengan dunia mayanya, karena hanya di dunia nyatalah kita hidup dengan “sebenar – benarnya”.


















No comments:

Post a Comment