Pages

10 February, 2014

Teruntuk seluruh "sahabat" di semesta raya!



It seems I don’t believe in friendship anymore

Berawal dari satu rahasia si A yang diceritakan kepada si B. Kemudian si A menyumpah B agar jangan ada oranglain yang tahu ceritanya. Lain halnya dengan si B merasa rahasia A perlu diketahui si C, karena mereka (A,B, dan C) berada dalam lingkaran relasi yang sama yang artinya wajar untuk saling mengetahui cerita satu sama lain. Di sisi lain kegatelan untuk rumpik jadi penyebabnya, akhirnya rahasia itu sampai juga ke telinga si C. Sebelum B menceritakan rahasia si A kepada si C, si B pun sempat menyampaikan prolog, dengan sadar betul ia berkata bahwa 

Sebenarnya ini rahasia si A dan hanya aku saja yang boleh tahu, tapi aku merasa kamu juga perlu tahu karena kita sama-sama bersahabata, tapi ini buat kita saja ya

Si C tidak masalah. Namun sempat ia heran mengapa hal macam itu dilakukan si B.

Bagaimana mungkin si B mengkhianati kepercayaan si A untuk menjaga rahasianya, apa ini yang dinamakan persahabatan? Karena merasa peduli sehingga rahasia si A perlu menjadi konsumsi bersama juga? Saling mengumbar cerita yang seharusnya mejadi konsumsi satu person saja? Tidak menutup kemungkinan kalau suatu saat aku menceritakan rahasiaku pada si B, pastilah si B akan melakukan hal serupa, menceritakannya pada si A. 

 Semenjak itu si C sadar untuk tidak pernah lagi mengumbar cerita atau rahasia pada siapapun, sekalipun sahabatnya.

 Apa ini relasi yang dinamakan persahabatan? Aku yakin tidak semua orang seperti si B, tapi sepertinya juga tidak banyak. 

Kebiasaan untuk berbicara keburukan atau ketidaksukaan terhadap orang lain secara langsung bukan menjadi hal yang lazim untuk kita. Ini mengakibatkan sering kita membicarakan kelemahan seseorang dibelakang. Bahkan itu terjadi juga saat sahabat A menyatakan keburukan sahabat B kepada sahabat C. Si C lagi-lagi heran. 

Memalukan. Menurutku kamu boleh membicarakan keburukan siapa saja asal itu bukan orang dalam lingkaran persahabatan kita. Kamu ingin membunuh karakter sahabatmu sendiri di depan oranglain -meskipun itu juga sahabatnya-? Kalau tidak suka kenapa kamu tidak berbicara langsung dengannya? Kamu tegur dia jika kamu tidak suka dan beri pengertian toh masalah selesai. Memang tidak pernah semudah itu. Tapi aku hanya risih dan tidak nyaman saat keburukan si B kamu adukan kepadaku. 

Dua hal tersebut menjadi titik balik bagi si C dalam memandang sebuah relasi yang selama ini dikultuskan sebagai sesuatu yang diagungkan dan sekarang hanya mejadi mitos belaka baginya.


Teruntuk seluruh sahabat di semesta raya!

05 February, 2014

Obrolan Sore Kemarin

           Menjelang senja dengan diselimuti udara dingin sehabis hujan mengantarkanku ke tempat yang sudah tak asing bagiku. Tujuanku kesana apalagi kalau bukan menyelesaikan apa yang harus diselesaikan di akhir masa studiku ini. Sebuah tempat dengan labirin buku yang mengelilinginya. Perpustakaan. Sempat dibuat repot oleh mesin pencari nomor buku akibat koneksi yang melambat, hal ini membuat aku bolak-balik dari satu lemari ke lemari yang lain kemudian kembali lagi ke mesin katalog. Seorang petugas sempat menanyaiku buku apa yang kucari. Agak jarang ditemui petugas yang cukup aware dengan pengunjung sepertiku. Benar saja, petugas ini memang berbeda. Agaknya dia senang mengobrol dan mencari teman bicara di sela-sela waktu kerjanya. Benar saja. Waktu saya akan membaca buku yang sudah saya temukan, petugas itu mengajak saya bicara. Dari menanyakan identitas saya hingga profil keluarga masing-masing. Komentar demi komentar terlontar pada diri saya sampai masa studi saya yang menjadi bahan 'tertawaan', tapi sayang -sekali lagi- saya sudah kebal dengan 'guyonan' semacam itu.

           "Saya punya tiga anak. Semuanya lulusan ______ (universitas terkemuka di Yogya). Yang satu lulusan sarjana hukum, tapi nggak mau jadi pegawai negeri, malah buka toko kelontong, sekarang justru jadi paling kaya (di keluarga). Yang kedua sudah lulus tahun 2011 jurusan Farmasi, sekarang sudah bekerja (pegawai negeri) kalau sore masih nyambi di _______ (perusahaan multinasional farmasi). Tapi sayang yang kedua kalau pulang nggak mau ngasih uang ke ibunya, katanya mau ditabung buat beli mobil saja...." 

          Ceritanya pun masih sedikit berlanjut tentang anggota keluarga yang lain. Petugas ini ternyata sudah akan memasuki masa pensiun bulan Mei tahun ini. Bisa saya lihat dari perawakannya yang sudah tidak muda lagi namun juga tidak tua-tua amat, barangkali karena rambutnya yang masih hitam. Entah maksud apa yang ia ingin sampaikan pada saya, yang jelas obrolan sore itu kembali membuka jendela pikiran saya. Yang saya dengar dari cerita-cerita si petugas, nampaknya dia sudah bangga dengan apa yang dicapai oleh anak-anaknya, meskipun kekecewaan masih merundung. Kemapanan hidup atas buah  dari pendidikan yang tinggi menjadi hal yang benar-benar diharapkan oleh kebanyakan orangtua. Siapa sih yang ingin hidup susah? Di sisi lain masih ada harapan untuk menerima kembali apa yang telah dikeluarkan dengan jerih payahnya.


Selamat Pagi!            
       

03 February, 2014

Things I love in Magelang

           Finally, I went somewhere new. In the middle of Java with its slogan 'The city of a million flowers' or as known as Magelang. Yesterday I found something new, something reminiscing the romanticism of the past, and so much stuffs I really love for sure. I went for a Chinatown trip with the Old City Community Magelang (Komunitas Kota Toea Magelang). We visited many places in the middle of the city, like the traditional market, vihara, historical building, Chinese shop, and walk along in the kampong as well. The most adorable things for me is the old house with the beautiful architecture, some of them we may called as the Indische huis, or Indies house. The house that had been built in the Dutch period and combined by the Javanese and Dutch architecture. I can't wait to show them all, here we go!

This house belonged to the owner of the Krisna Cinema. The cinema located next to this house but now it only remains the ruins. Magelang has no cinema nowadays. The industry of cinemas in Magelang had collapsed since the era of CD and digitized stuffs flourished.
This is one of the part of Oei Hong Kian, the first dentist of President Soekarno. The house has a large area and it consist of the store, garden, tennis field, and the main house. The picture above is the building of the store, located in the roadside and apart from the main building. If you know PK Ojong, one of the founder of Kompas, Indonesian popular newspaper besides Jacob Oetama, he is the brother in law of Dr. Oei Hong Kian.
Voila! This is the house of Dr. Oei Hong Kian, the main building. It has quite large yard and tennis field behind its house.

one of the old Javanese house we saw in Magelang. Isn't it so adorable?

A broad yard and large house are some of the characteristics of the Indies house. You can see the type of the window and the door, it reminiscing the beautiful of the acculturation of the Javanese-Dutch culture. How I really love that kinda resident. It so inspiring.
Another Indies house with the quite tall roof and shady trees, looks calm and cool.
What I love from the old house in Java is the woody window with the unified color conforms to the door and fence.

Magelang is not only popular with its Great Historical Site, Borobudur, and other Buddhist ruins. Even in the middle of the city's crowds, Magelang hides its beauty of the past. Those historical buildings, or if I may call it "the treasures", should be preserved and could be the good choice to get to know the history of the city and culture. Those heritage may represent the city's glorious and the culture as well. Despite I never lived in that age where those buildings had been built, I can feel its ambiance and romanticism in the past.
I wish those treasures could survive among the splendor of the city. By defending our heritage, the future generation could get to know its city's history and preserve it as culture treasure.