Pages

16 October, 2014

‘Oh yang kuliahnya belajar fosil sama candi-candi ya?’



‘Habis kuliah mau jadi apa?
‘Oh mau lanjut jadi guru ya?’
‘Eh gimana sih cerita yang bener soal G30SPKI?’
‘Ambil konsentrasi/penjurusannya apa?’


Kutipan-kutipan di atas adalah serentetan pertanyaan yang seringkali saya dengar dan harus dihadapi dengan jawaban yang sama. Setiap kali saya ditanya ‘kuliah apa? Dimana?’, tak jarang diikuti dengan bombardir pertanyaan yang (kadangkala) harus saya jawab dengan sederhana atau bahkan panjang lebar sampai penjelasan saya tidak digubris sama sekali. Hahahaha Namun saya selalu enjoy menghadapi beragam pertanyaan orang-orang dengan perspektif mereka yang juga berbeda-beda.
Nah, semenjak saya mengambil kuliah di jurusan sejarah, saya jadi tahu nih perspektif orang dalam melihat ‘Mahasiswa Sejarah’ atau ‘Sejarawan’.

1.    Sejarah = Arkeologi

‘Kuliah jurusan apa, sis?’
‘Aku jurusan sejarah aja, sis..’
‘Oh yang kerjaannya neliti fosil sama gali-gali kuburan candi ya?’
‘bukan sis, itu astrologi..’
‘Plis deh! Itu Arkeologi keleusss…
‘Nah, sendirinya tauk! -_____-’

Banyak orang yang mengira kalau jurusan sejarah itu kerjaannya ngubek-ngubek fosil manusia purba atau menggali tanah (ekskavasi) untuk menemukan candi. Padahal tidak sama sekali. Mungkin orang hanya lupa kalau ada cabang ilmu lain yang bernama ARKEOLOGI. Dulu di kampus saya memang ilmu Arkeologi merupakan cabang dari program studi ilmu sejarah, yang mempelajari sumber-sumber material seperti bangunan, artefak, atau fosil. Namun seiring berjalannya waktu Arkeologi memisahkan diri dari Ilmu Sejarah dan menjadi prodi sendiri.
Nah, lalu apa dong yang dipelajari mahasiswa sejarah? Buanyak BANGET! Dari yang wajib dipelajari seperti Sejarah Indonesia, Sejarah Asia, sampai Sejarah Eropa. Selain itu juga syarat wajib jadi mahasiswa ilmu sejarah itu harus hobi baca, baca, dan baca! Banyak yang nggak tau juga kalo mahasiswa sejarah juga harus bisa baca teks berbahasa belanda! *ketawa setan*
Kegiatan perkuliahan yang lain misalnya, lawatan sejarah atau kunjungan ke tempat-tempat bersejarah seperti candi, bangunan cagar budaya, atau berkunjung ke kantor kearsipan. *biasa bro, kerjaannya ngubek-ngubek masya lalu*
Dan lagi sejarah yang diajarkan sangatlah berbeda dengan yang kita pelajari di bangku sekolah! Karena di sini kita akan banyak baca buku, berdiskusi, dan hal ini akan memperkaya perspektif kita. Berbeda dengan yang tertulis di buku pelajaran sekolah yang hanya memberikan satu perspektif saja sehingga kita cenderung ‘menghafal’ daripada ‘memahami’ atau bahkan sudut pandang kita sengaja ‘dibentuk’ sesuai dengan rezim pemerintah saat itu *nah loh*

2.    Menjadi Guru Sejarah adalah (mungkin) satu-satunya pekerjaan yang sesuai dengan bidang studi sejarah.

‘Oh kuliah di jurusan sejarah..? Besok kalau lulus mau jadi guru ya?’
‘Iya kak. Jadi guru kehidupan buat kamu..’

Berbeda dengan program studi populer yang sudah jelas arah pekerjaannya setelah mahasiswa lulus (misalnya anak ekonomi kerjanya di bidang perbankan, anak teknik sipil kerja di perusahaan kontraktor, anak komunikasi kerja di advertising, anak tukang bubur pergi naik haji, dan lain-lain), anak sejarah biasanya ‘diklaim’ akan menjadi guru setelah lulus nanti. Padahal di kampus saya tidak ada prodi ‘pendidikan sejarah’, yang ada hanyalah ‘ilmu sejarah’. Artinya seseorang yang akan menjadi guru, biasanya akan menempuh prodi pendidikan dan harus memiliki akta 4 untuk bisa mengajar, meskipun bisa juga lulusan ilmu sejarah menjadi guru. Meskipun begitu, banyak lulusan sejarah yang kemudian bekerja tidak sesuai dengan bidang studinya, misalnya bekerja di Bank, di perusahaan retail, atau jadi entrepreneur alias pengusaha. Kalau ini sih kayaknya nggak Cuma di sejarah aja ya, karena sekarang sudah banyak orang bekerja tidak sesuai dengan bidang studinya. Lowongan pekerjaan yang terbuka bagi jurusan sejarah antara lain: ilmuwan/peneliti di lembaga swasta atau pemerintah, dosen, wartawan, penulis, pegawai negeri (Kemendikbud), Arsip Nasional, dan lain-lain.

3.    Mahasiswa Sejarah = Orang yang Serba Tahu Tentang Sejarah Apapun!

Jujur, saya bukanlah orang yang tahu sejarah setiap peristiwa yang ada di muka bumi. Kami bukanlah buku ensiklopedia sejarah yang tahu tentang segala hal yang terjadi sejak nenek moyang kita masih abg. Selain masing-masing mahasiswa punya interest yang berbeda-beda, selera bacaan masing-masing pun beragam, maka jika ada satu peristiwa sejarah yang kalian tanyakan belum tentu pula kami mampu menjawab atau menguasainya *ngeles abi3zst* Akan tetapi pertanyaan yang tidak terjawab itu akan mejadi tantangan bagi kami untuk mencari tahunya *tsah tsah tsaaahh*

4.    Konsentrasi dalam Prodi Sejarah hanya mencakup konsentrasi spasial/teritori saja

Tidak jarang saya mendapat pertanyaan: ‘Kamu ambil konsentrasi apa? Sejarah Amerika? Sejarah Korea?’ saya bingung juga menjawabnya, karena di prodi kami tidak ada lagi penjurusan atau konsentrasi studi seperti dalam disiplin ilmu lain (Misalnya di ilmu komunikasi ada konsentrasi media massa, public relation, komunikasi strategis, atau broadcasting). Akan tetapi kita bisa memilih mata kuliah sesuai minat kita, baik berdasarkan regional atau tematik. Sejarah regional atau kawasan terdiri dari Sejarah Australia & Pasifik, sejarah asia timur/barat/tenggara, dan Sejarah Eropa, Untuk tema sejarah sebenarnya luas sekali, kamu bisa ambil atau nulis tentang sejarah kesehatan, militer, politik, ekonomi, perempuan, seni dan budaya, dsb. Jadi, sejarah itu nggak melulu belajar tentang sejarah kawasan atau tata pemerintahan suatu Negara saja. Artinya kita bisa mengambil mata kuliah dari disiplin ilmu lain yang mendukung minat kita. Seru kaaaan?? Sebetulnya dalam prodi sejarah, untuk memperdalam konsentrasi atau penjurusan yang lebih spesifik biasanya akan diarahkan saat jenjang pendidikan magister atau S2.

5.    ‘Pakai Metode Kualitatif apa Kuantitatif?’

Menjelang semester akhir, maka kemudian kamu akan ditanya soal skripsi kamu. Deng deng deng!

‘Udah lulus?’
‘hehe.. belum sis, masih sibuk skripsian aja’
‘Wah, nulis tentang apa skripsinya?’
‘Aku nulis tentang perkembangan industri batik di Serawak dari abad V masehi sampai awal abad XX, kak.’
‘Pakai metode kualitatif apa kuantitatif? Trus ambil sampelnya berapa? ’
‘___________’

Nggak jarang kita harus menjelaskan panjang lebar tentang bagaimana metodologi sejarah itu. Yang membedakan sejarah dengan disiplin ilmu lain adalah adanya pembatasan ruang (spasial) dan temporal (waktu) dalam penulisan sejarah, selain sama-sama menggunakan studi literatur. Jadi di sini kamu bisa nulis tentang sejarah apapun asal spasial atau terotori yang kamu pilih itu punya keunikan dari daerah lainnya, dan dibatasi dalam rentang waktu tertentu. Sesederhana itu aja kok :’)


Buat anak sejarah yang lain, mohon koreksinya kalau ada poin-poin saya yang salah atau bisa ditambahkan juga fenomena-fenomena menarik lainnya yang kamu temui selama jadi mahasiswa sejarah!

Ciao a tutti!

11 October, 2014

One Step Forward?



Hi, peeps!
Waaakk udah lama nggak ngeblog.
Biar kelihatan sok sibuk dengan dunia factual gitu? Hahahha
Kabar gembira bagi kita semua…! Kini aku udah bersiap menyandang gelar sarjana, Alhamdulillah


Jumat minggu lalu, tepatnya 3 Oktober aku baru saja mengikuti pendadaran, guna mendapatkan gelar sarjana 1 jurusan ilmu sejarah. Antara puas nggak puas dan percaya nggak percaya. Nggak puas karena ngerasa nggak maksimal ngerjainnya, puas karena akhirnya bisa menyelesaikan akhir masa studiku, lalu nggak percaya kalau aku bisa menaklukan diri sendiri buat menuntaskan tugas Negara.
Tapi meski belum apa-apa alias belum resmi diwisuda, kegalauan baru melanda benak ini *tsah tsah tsah* Mengingat gerbang pertarungan dalam lembaran hidupku baru saja dibuka. Yap. Mencari pekerjaan. Dulu aku pernah punya kepinginan, kalau suatu saat

“aku pingin kerjaan yang mencariku lebih dahulu bukan aku yang harus mencari-carinya.”

 Alhamdulillah, keinginan tersebut setidaknya pernah terlaksana, meskipun itu ‘’cuma’’ poin keciiiilll yang belum bisa kubanggakan karena aku berhenti mengerjakannya di tengah jalan. Sayang sekali.
Sejak masa-masa pengerjaan skripsiku, sebenarnya aku cukup excited dengan banyak hal yang ingin kukerjakan begitu selesai kuliah.

Belajar bahasa belanda lagi, belajar writing in English, kembali menulis cerita pendek,

pokoknya masih pengen belajar dan menghasilkan karya. Tetapi di satu sisi ada hal lain yang ingin dikejar, income. Siapa sih yang mau nganggur habis kuliah?? Terlebih lagi kebutuhan jalan-jalan sudah menunggu lama untuk dipenuhi. Lantas mau kerja apa dong? Hihihi saya pun masih bingung. Sama seperti pacar, kami belum tertarik untuk menjadi pegawai pengabdi Negara, atau bekerja di Bank, dimana bukan jurusan yang kami pelajari di bangku kuliah tetapi banyak diminati oleh rekan-rekan kami. Kalau ditanya pengennya dapet duit dari mana ya saya pengennya makaryo di bidang jurnalistik, tulis menulis atau di NGO dengan isu-isu yang saya concern.

Di sisi satunya lagi, tawaran untuk melanjutkan studi ke jenjang magister cukup menarik, dengan alasan saya sih masih pengen belajar banyak hal terutama di area studi Asia Tenggara, baik itu sejarah, persoalan sosial, atau budayanya. Interesting! Tapi yang jelas saya belum mau lanjut studi magister dengan biaya sendiri apalagi orangtua dan satu-satunya jalan ya mencari beasiswa!

Well, I will let you know soon.


*Kuss kuss*