[Kamus Besar Bahasa Indonesia]
ci.ta-ci.ta n 1 keinginan (kehendak) yg selalu ada di dl pikiran; 2 tujuan yg sempurna (yg akan dicapai atau dilaksanakan).
Aku ingat sekali ketika itu aku berjalan dibawah teriknya panas matahari sepulang sekolah. Saat itu aku masih duduk di bangku SMP. Jarak sekolah dengan rumah memang tidak jauh, lebih kurang empatratus-an meter. Sambil berjalan, aku berangan-angan, menggambarkan kelak aku besar ingin jadi apa. Saat itu aku bercita-cita menjadi seorang diplomat. Kerjanya enak, di luar negeri. Kayaknya sih enak tinggal di luar negeri. Hehehe
Beranjak SMA, aku masih bercita-cita menjadi seorang diplomat. Disinilah aku bertemu dengan dua orang teman yang juga punya cita-cita sama. Kami pun berrencana mengambil jurusan Hubungan Internasional saat kuliah nanti. Dan itupun benar mereka lakukan.
Selepas SMA, benar saja dua orang temanku sukses melanjutkan studinya di jurusan Hubungan Internasional, bahkan saat ini ada yang melanjutkan studinya di jenjang S2.
Melenceng dari tujuan awal, aku tidak melanjutkan studi di bidang yang aku inginkan. Gagal pada program studi pilihan pertama, aku justru diterima pada pilihan ketiga, yaitu Ilmu Sejarah. Ya, sesaat sebelum ujian akhir nasional, aku sedang senang-senangnya belajar sejarah. Saat mampu menghafal tahun dan mengingat peristiwa, membuat aku menjadi siswa paling kece saat itu. Hahahaha! Aku ingat sekali betapa orang disekitarku, bahkan guru dan orangtuaku mensangsikan atas pilihan studiku. "Kelak kamu akan jadi apa?" Tanya mereka setiap kali mengetahui pilihan studiku.
Saat itu aku sebenarnya juga sudah diterima di program studi Manajemen, di sebuah sekolah tinggi swasta. Namun -tidak munafik- mengingat aku diterima di kampus negeri favorit di Jogja membuatku untuk memilih Ilmu Sejarah sebagai destinasi selanjutnya.
Tak disangka-sangka, karena Sejarah-lah aku dipertemukan dengan Bahasa Belanda. Ya, di program studi Sejarah ini kami diwajibkan untuk mengambil mata kuliah Bahasa Belanda selama 4 semester berturut-turut. Ini pun aku ketahui setelah aku membaca Buku Panduan Akademik sebelum kegiatan perkuliahan dimulai. Saat itu juga aku mengambil kursus Bahasa Belanda. Tak disangka juga aku menyukainya dan masih belajar hingga sekarang, meski sempat autodidak karena kelas Bahasa Belanda tidak selalu rutin dibuka.
Semasa kuliah, aku memiliki cita-cita untuk menjadi pekerja lepas atau freelancer atau kalau kata Jenny Jusuf, bebastusuk (free: bebas, lance: tusuk). Lebih jauh mengenai dunia bebastusuk, bisa lihat di blog ini. Gara-garanya, saat itu aku sedang asyik mengikuti sepak terjang (tsaaahh) para travel writer yang memang pekerja lepas ini, kerjaannya -keliatannya- asyik. Keliatannya ya... hehehe. Jalan-jalan doang, promo produk, nulis di blog, dapet duit deh!
Lalu kini apa cita-citaku setelah -hampir- delapan bulan menyandang gelar sarjana sastra? (Di kampusku, Ilmu Sejarah berada dibawah naungan Fakultas Ilmu Budaya yang gelar sarjananya adalah S.S, alias Sarjana Sambal Sastra).
Sebetulnya sempat keturutan juga sih ngerasain freelancer selepas lulus kuliah. Meski bisa dibilang cukup serabutan, karena ngerjain kerjaan apa aja selama aku bisa, tetapi seengaknya aku mengamini bahwa jadi freelancer itu enak-enak susah. Enaknya bisa kerja dimana aja (nggak perlu ngantor), nggak terikat jam kerja, tapi deg-degan juga kalau pas kantong kering dan bayaran seret hehehe.. Dari jadi transcriber, relawan di LSM, notulensi, jadi Liaison Officer, sampai ngajarin Bahasa Belanda.
Lebih dari itu, hasrat buat kerja kantoran dan terikat kontrak, pengen juga ngerasain tapi mungkin belum rejekinya aja hehehe
Sukses buat semuanya... see you on top, readers!
xoxo