‘Habis
kuliah mau jadi apa?
‘Oh
mau lanjut jadi guru ya?’
‘Eh
gimana sih cerita yang bener soal G30SPKI?’
‘Ambil
konsentrasi/penjurusannya apa?’
Kutipan-kutipan di atas adalah serentetan
pertanyaan yang seringkali saya dengar dan harus dihadapi dengan jawaban yang
sama. Setiap kali saya ditanya ‘kuliah apa? Dimana?’, tak jarang diikuti dengan
bombardir pertanyaan yang (kadangkala) harus saya jawab dengan sederhana atau
bahkan panjang lebar sampai penjelasan saya tidak digubris sama sekali.
Hahahaha Namun saya selalu enjoy menghadapi
beragam pertanyaan orang-orang dengan perspektif mereka yang juga berbeda-beda.
Nah, semenjak saya mengambil kuliah di
jurusan sejarah, saya jadi tahu nih perspektif orang dalam melihat ‘Mahasiswa
Sejarah’ atau ‘Sejarawan’.
1.
Sejarah
= Arkeologi
‘Kuliah
jurusan apa, sis?’
‘Aku jurusan sejarah aja, sis..’
‘Oh
yang kerjaannya neliti fosil sama gali-gali kuburan candi ya?’
‘bukan sis, itu astrologi..’
‘Plis
deh! Itu Arkeologi keleusss…’
‘Nah, sendirinya tauk! -_____-’
Banyak orang yang mengira kalau jurusan
sejarah itu kerjaannya ngubek-ngubek fosil
manusia purba atau menggali tanah (ekskavasi) untuk menemukan candi. Padahal
tidak sama sekali. Mungkin orang hanya lupa kalau ada cabang ilmu lain yang
bernama ARKEOLOGI. Dulu di kampus
saya memang ilmu Arkeologi merupakan cabang dari program studi ilmu sejarah,
yang mempelajari sumber-sumber material seperti bangunan, artefak, atau fosil.
Namun seiring berjalannya waktu Arkeologi memisahkan diri dari Ilmu Sejarah dan
menjadi prodi sendiri.
Nah,
lalu apa dong yang dipelajari mahasiswa sejarah? Buanyak BANGET! Dari
yang wajib dipelajari seperti Sejarah Indonesia, Sejarah Asia, sampai Sejarah
Eropa. Selain itu juga syarat wajib jadi mahasiswa ilmu sejarah itu harus hobi
baca, baca, dan baca! Banyak yang nggak tau juga kalo mahasiswa sejarah juga
harus bisa baca teks berbahasa belanda! *ketawa setan*
Kegiatan perkuliahan yang lain misalnya,
lawatan sejarah atau kunjungan ke tempat-tempat bersejarah seperti candi,
bangunan cagar budaya, atau berkunjung ke kantor kearsipan. *biasa bro,
kerjaannya ngubek-ngubek masya lalu*
Dan lagi sejarah yang diajarkan sangatlah
berbeda dengan yang kita pelajari di bangku sekolah! Karena di sini kita akan
banyak baca buku, berdiskusi, dan hal ini akan memperkaya perspektif kita. Berbeda
dengan yang tertulis di buku pelajaran sekolah yang hanya memberikan satu
perspektif saja sehingga kita cenderung ‘menghafal’ daripada ‘memahami’ atau
bahkan sudut pandang kita sengaja ‘dibentuk’ sesuai dengan rezim pemerintah
saat itu *nah loh*
2.
Menjadi
Guru Sejarah adalah (mungkin) satu-satunya pekerjaan yang sesuai dengan bidang studi sejarah.
‘Oh
kuliah di jurusan sejarah..? Besok kalau lulus mau jadi guru ya?’
‘Iya kak. Jadi guru kehidupan buat kamu..’
Berbeda dengan program studi populer yang
sudah jelas arah pekerjaannya setelah mahasiswa lulus (misalnya anak ekonomi
kerjanya di bidang perbankan, anak teknik sipil kerja di perusahaan kontraktor,
anak komunikasi kerja di advertising, anak tukang bubur pergi naik haji, dan
lain-lain), anak sejarah biasanya ‘diklaim’ akan menjadi guru setelah lulus
nanti. Padahal di kampus saya tidak ada prodi ‘pendidikan sejarah’, yang ada
hanyalah ‘ilmu sejarah’. Artinya seseorang yang akan menjadi guru, biasanya
akan menempuh prodi pendidikan dan harus memiliki akta 4 untuk bisa mengajar,
meskipun bisa juga lulusan ilmu sejarah menjadi guru. Meskipun begitu, banyak
lulusan sejarah yang kemudian bekerja tidak sesuai dengan bidang studinya,
misalnya bekerja di Bank, di perusahaan retail, atau jadi entrepreneur alias pengusaha. Kalau ini sih kayaknya nggak Cuma di
sejarah aja ya, karena sekarang sudah banyak orang bekerja tidak sesuai dengan
bidang studinya. Lowongan pekerjaan yang terbuka bagi jurusan sejarah antara
lain: ilmuwan/peneliti di lembaga swasta atau pemerintah, dosen, wartawan,
penulis, pegawai negeri (Kemendikbud), Arsip Nasional, dan lain-lain.
3.
Mahasiswa
Sejarah = Orang yang Serba Tahu Tentang Sejarah Apapun!
Jujur, saya bukanlah orang yang tahu sejarah
setiap peristiwa yang ada di muka bumi. Kami bukanlah buku ensiklopedia sejarah
yang tahu tentang segala hal yang terjadi sejak nenek moyang kita masih abg.
Selain masing-masing mahasiswa punya interest
yang berbeda-beda, selera bacaan masing-masing pun beragam, maka jika ada satu
peristiwa sejarah yang kalian tanyakan belum tentu pula kami mampu menjawab
atau menguasainya *ngeles abi3zst* Akan tetapi pertanyaan yang tidak terjawab
itu akan mejadi tantangan bagi kami untuk mencari tahunya *tsah tsah tsaaahh*
4.
Konsentrasi
dalam Prodi Sejarah hanya mencakup konsentrasi spasial/teritori saja
Tidak jarang saya mendapat pertanyaan: ‘Kamu
ambil konsentrasi apa? Sejarah Amerika? Sejarah Korea?’ saya bingung juga menjawabnya,
karena di prodi kami tidak ada lagi penjurusan atau konsentrasi studi seperti
dalam disiplin ilmu lain (Misalnya di ilmu komunikasi ada konsentrasi media
massa, public relation, komunikasi
strategis, atau broadcasting). Akan tetapi kita bisa memilih mata kuliah sesuai
minat kita, baik berdasarkan regional atau tematik. Sejarah regional atau
kawasan terdiri dari Sejarah Australia & Pasifik, sejarah asia
timur/barat/tenggara, dan Sejarah Eropa, Untuk tema sejarah sebenarnya luas
sekali, kamu bisa ambil atau nulis tentang sejarah kesehatan, militer, politik,
ekonomi, perempuan, seni dan budaya, dsb. Jadi, sejarah itu nggak melulu
belajar tentang sejarah kawasan atau tata pemerintahan suatu Negara saja. Artinya
kita bisa mengambil mata kuliah dari disiplin ilmu lain yang mendukung minat
kita. Seru kaaaan?? Sebetulnya dalam prodi sejarah, untuk memperdalam
konsentrasi atau penjurusan yang lebih spesifik biasanya akan diarahkan saat
jenjang pendidikan magister atau S2.
5.
‘Pakai
Metode Kualitatif apa Kuantitatif?’
Menjelang semester akhir, maka kemudian kamu
akan ditanya soal skripsi kamu. Deng deng deng!
‘Udah
lulus?’
‘hehe.. belum sis, masih sibuk skripsian aja’
‘Wah,
nulis tentang apa skripsinya?’
‘Aku nulis tentang perkembangan industri
batik di Serawak dari abad V masehi sampai awal abad XX, kak.’
‘Pakai metode kualitatif apa kuantitatif?
Trus ambil sampelnya berapa? ’
‘___________’
Nggak jarang kita harus menjelaskan panjang
lebar tentang bagaimana metodologi sejarah itu. Yang membedakan sejarah dengan
disiplin ilmu lain adalah adanya pembatasan ruang (spasial) dan temporal
(waktu) dalam penulisan sejarah, selain sama-sama menggunakan studi literatur. Jadi
di sini kamu bisa nulis tentang sejarah apapun asal spasial atau terotori yang
kamu pilih itu punya keunikan dari daerah lainnya, dan dibatasi dalam rentang
waktu tertentu. Sesederhana itu aja kok :’)
Buat anak sejarah yang lain, mohon koreksinya
kalau ada poin-poin saya yang salah atau bisa ditambahkan juga
fenomena-fenomena menarik lainnya yang kamu temui selama jadi mahasiswa
sejarah!
Ciao a tutti!