Sebenarnya tulisan ini adalah lanjutan dari cerita ketika aku melalui perbatasan Thailand-Kamboja. Kisah diawali dengan serangkaian peristiwa tidak mengenakkan selama melewati perbatasan sampai kemudian aku kehilangan kontak dengan teman seperjalananku!
Sebetulnya kami berjanjian untuk bertemu di hostel A satu hari setelah ketibaanku di Siem Reap. Entah bagaimana, semenjak diturunkan di titik antah berantah oleh supir elf dan aku akhirnya mengekor dua orang bule ke hostel tujuan mereka. Namun kemudian aku menghubungi teman perjalananku itu, sebut saja Ling ling, bahwa aku berpindah hostel dan kuberikan alamatnya. Beberapa kali aku kontak Ling ling namun pending hingga 1 x 24 jam tidak ada balasan. Aku panik. Karena kalau sampai dia unreachable atau tidak dapat dihubungi, artinya dia tidak mendapatkan koneksi internet atau itu berarti ia tidak mendapatkan hostel. Saking paniknya aku menghubungi orang-orang terdekat Ling ling di Indonesia.
Di sore harinya, beberapa jam setelah ketibaanku di Siem Reap, aku bersepedaan menuju Angkor Wat untuk membeli one-day trip tiket untuk lusa. Baru di keesokan harinya, saat berisitirahat di hotel, setelah seharian keliling kota, Ling ling berhasil mengkontakku dan bilang kalau dia sudah berada di hostel A, meeting point kami. Akhirnya... manusia itu ketemu juga! Dan dia dalam keadaan kewer alias masuk angin bahkan sempat mimisan saat bermalam di stasiun Hua Lampong! Ya, dia memang tidak menginap di hostel dan memutuskan untuk tidur di stasiun...karena ia takut tidak bisa mengejar kereta ke Siem Reap yang berangkat pukul 6 pagi! heishhh...
Berkeliling Puluhan (?) Kilometer di Angkor Wat
Salah satu hal yang dilakukan untuk menekan biaya perjalanan adalah menggunakan transportasi semurah-murahnya. Dan salah satunya adalah sepeda. Ini lah moda transportasi yang kami gunakan untuk mengelilingi Angkor Wat,yang tentunya tidak mungkin mengunjungi seluruh situsnya satu per satu, dengan 200 kilometer persegi! Tetapi rute yang kami lewati saat itu sepertinya tidak seluas itu, yang jelas sih emang bikin gempor dan capek banget apalagi saat itu bertepatan dengan hari-hari aku menstruasi! Kalau dipikir-pikir mending bayar mahalan dikit buat naik tuk-tuk keliling Angkor Wat, biar nggak begitu capek. Tapi kalau nggak gitu mah ga ada ceritanya hehehehe Mengingat panas terik matahari dan debu-debu bertebangan sepanjang perjalanan, ada baiknya memakai topi anti badai dan masker manjaahhh anti batuk pilek.
Salah satu hal yang dilakukan untuk menekan biaya perjalanan adalah menggunakan transportasi semurah-murahnya. Dan salah satunya adalah sepeda. Ini lah moda transportasi yang kami gunakan untuk mengelilingi Angkor Wat,yang tentunya tidak mungkin mengunjungi seluruh situsnya satu per satu, dengan 200 kilometer persegi! Tetapi rute yang kami lewati saat itu sepertinya tidak seluas itu, yang jelas sih emang bikin gempor dan capek banget apalagi saat itu bertepatan dengan hari-hari aku menstruasi! Kalau dipikir-pikir mending bayar mahalan dikit buat naik tuk-tuk keliling Angkor Wat, biar nggak begitu capek. Tapi kalau nggak gitu mah ga ada ceritanya hehehehe Mengingat panas terik matahari dan debu-debu bertebangan sepanjang perjalanan, ada baiknya memakai topi anti badai dan masker manjaahhh anti batuk pilek.
Jangan lupa: topi, celana longgar, kaos kaki anti kaki kusam biar gak kaya' ketela pohon, kaos oblong dan kipas!! |