Well, jogja masih berduka.. dari hujan abu, suara gludak-gluduk yg bikin nggak tenang, sampai ancaman awan panas yang selalu bikin was-was. Well, jujur aselinya saya pengin bantu jadi relawan atau istilahnya terjun langsung ke lapangan. Sejak kuliah diliburkan satu minggu tugas otomatis akan mundur dikumpulkannya, jadi saya cukup punya banyak waktu luang dan enggan berdiam diri menikmati keluangan waktu saya selama saudara-saudara kita sedang susah begini. Saya berdoa dan terus berharap agar semua bencana ini cepat usai, teman sudah banyak yang mengungsi dan ini bukan hal yang mudah karena hidup jauh dari rumah itu emang nggak enak. Nggak hanya itu, saya turut kehilangan dua orang yang begitu saya hormati dan kasihi. Tanpa ada yang tahu kecuali Maha Pencipta, kalau beliau-beliau akan "diambil" secepat itu dan mirisnya melalui bencana seperti ini. Dan sungguh saya tau saya masih ada kesalahan dengan mereka, dan belum sempat minta maaf, namun saya hanya berdoa agar beliau mau memaafkan kesalahan saya dan tenang disisi-Nya, amien. Mbah dan Mak Pujo adalah dua sosok penghuni lereng Merapi yang masih setia menjunjung tinggi budaya, ramah dan sungguh 'ngemong' kami setiap kami berkunjung ke rumah beliau atau sekedar berkegiatan disana. Mak Pujo dan Mbah Pujo menjadi korban keganasan awan panas yang meluncur ke dusun mereka pada tanggal 26 Oktober lalu. Namun kehendakNya berbicara, Mak Pujo harus pergi lebih dulu meninggalkan mbah Pujo dan orang-orang yang mengasihinya. Kesedihan kami tak hanya berhenti disitu, lagi-lagi kuasa Tuhan berkata lain, Minggu 7 November lalu Mbah Pujo telah pergi menyusul Mak Pujo setelah beberapa hari bertahan di ruang isolasi. Semoga mereka selalu diberikan tempat terbaik disisi-Nya, amien.
rumah Mbah Pujo
Mak Pujo
makam mak pujo :(
mbah pujo kakung (tengah)
*Selamat jalan mbah... doaku menyertaimu, and this is my #NovemberWish: Hope it ends soon and we can get the wisdom from these disasters
turut berduka cita,semoga amal ibadahnya membawa beliau menuju ketenangan.amin...
ReplyDelete