Hallo gaisss.... *pasang senyum lebar* Oktober sudah berlalu dan ini artinya November akan datang :))) Terussss?? Terus aku mau nyoba flash back beberapa yang sudah aku perbuat di bulan Oktober nan penuh suci ini. Aku sebenenrnya bukan tipikal orang yang book addicted. Terbukti sampai sekarang masih suka males kalo disuruh baca buku. Tergantung mood sih lebih tepatnya. Nah, di bulan oktober kali ini aku cukup intense baca buku, meskipun bukan buku akademik. Ada empat buku yang akan aku review atau yang udah aku baca selama sebulan ini. Check this out, cyiiinn
1. The Secret of Platform 13
Lagi-lagi aku tenggelam dalam lamunanmu dalam petualangan hantu. Buku ini adalah karangan penulis favorit saya, Eva Ibbotson, yang menceritakan tentang rahasia platform 13. Eva Ibbotson hadir lebih dulu sebelum JK Rowling dengan Harry Potter-nya. Karya-karya imajinatifnya menceritakan petualangan para hantu, penyihir, peri, dan makhluk-makhluk aneh lainnya. Stasiun King's Cross, London, yang sudah tidak terpakai ini memiliki sebuah gump atau pintu masuk yang akan menghubungkan London dengan sebuah Pulau dimana banyak makhluk ajaib tinggal disana. Gump ini hanya terbuka setiap sembilan tahun sekali. Banyak makhluk yang bermigrasi ke Pulau untuk menghabiskan sisa hidup mereka. Pulau diperintah oleh seorang raja dan ratu manusia. Masalah muncul ketika bayi sang ratu dibawa pergi keluar gump oleh si kembar tiga dan diculik oleh seorang ibu konglomerat yang tidak memiliki anak. Usaha pencarian pun dimulai. Pada sembilan tahun berikutnya saat gump mulai terbuka lagi, raja mengerahkan tim untuk mencari keberadaan anak mereka untuk segera dibawa pulang.
Rate: 3.5/5
2. The 'O' Project
Buku ini adalah sebuah project yang dilakuakn Firlina Purwanti tentang pengalaman orgasme para perempuan. Selama ini isu seksual masih tabu untuk didiskusikan terlebih bagi kaum perempuan. Penulis mencoba untuk membongkar ketabuan tersebut dengan mengusung pengalaman orgasme para perempuan yang juga menghadirkan beragam cerita, seperti sunat perempuan, sex toys, safe sex, dan poligami. Penulis melakukan interview dengan perempuan dari berbagai latar belakang seperti perempuan pekerja seks, perempuan lesbian, maupun aktivist perempuans sendiri. Bukunya sendiri cukup menarik bagi aku dan partner. Selain tema yang diusung cukup berani, buku ini coba membongkar sosok perempuan yang berbeda dengan gambaran masyarakat umumnya: 'perempuan baik-baik adalah perempuan yang malu untuk berbicara soal seks', 'perempuan tidak punya hak untuk mendapatkan kepuasan seksual', dan sebagainya. Buku ini menjadi bacaan wajib bagi kalian yang cukup aware dengan isu perempuan, menurut saya.
Rate: 4/5
3. The Prince and The Pauper
Ini adalah salah satu dongeng Mark Twain yang cukup membuat saya sibuk berhari-hari mengimajinasikannya. Bercerita tentang perjalanan seorang raja kecil yang bertukar peran dengan anak miskin secara tidak sengaja. Awalnya raja kecil bernama Edward, ini menyelamatkan seorang anak miskin, Tom Canty, dari pukulan prajuritnya di kerajaan. Mereka pun berinisiatif untuk saling bertukar pakaian. Namun raja lupa untuk melepaskan kostum si anak miskin saat kembali pada prajurit untuk menghukumnya. Karena kemiripannya, warga kerajaan kemudian mengusir raja yang kini telah berubah penampilan layaknya orang miskin ini. Kisah petualangan pun dimulai. Tom Canty yang memiliki ayah dan nenek yang kejam dan suka menyiksa, membuat Edward selalu melarikan diri hingga bertemu dengan salah seorang bangsawan yang juga 'terbuang'. Tom yang kemudian menjadi raja ini mulai menuai masalah, dirinya dianggap menderita penyakit jiwa sehingga kerajaan merahasiakn hal tersebut. Masalah mulai muncul ketika Raja Henry VIII, ayah Edward meninggal dirinya harus naik tahta untuk menggantikan kedudukan raja berikutnya. Dongeng yang kini menjadi legenda rakyat Inggris ini banyak memberikan pesan moral bagi anak-anak dan telah di buat filmnya beberapa kali.
Rate: 4/5
4. 50 years of Silence
Buku ini merupakan kisah nyata seorang Jan-Ruff O'Herne yang menjadi korban kejahatan Perang Dunia II. Jan adalah seorang perempuan Belanda yang lahir dan besar di Dutch East Indies, atau Hindia Belanda. Dia bersama keluarganya tinggal di Tjepiring, Jawa Tengah. Masalah muncul ketika Jawa mulai diduduki oleh Jepang. Ternyata selain perempuan pribumi yang dijadikan Jugun ianfu atau comfort women atau budak seks para prajurit Jepang, banyak perempuan Belanda yang juga menjadi korbannya. Jan salah satunya. Di usianya yang masih belia, Jan dipaksa menjadi comfort women, dimana sebelumnya keluarga mereka harus tinggal di kamp penjara anak-anak dan perempuan di Ambarawa. Jan menceritakan bagaimana ia terpisah dengan ayahnya dan harus menjalani hari-hari berat bagai di neraka. Dari Ambarawa Jan bersama sembilan gadis belia lainnya ke Semarang untuk mejadi budak seks tentara Jepang. Penderitaan terus menerus ia rasakan hingga akhirnya Jepang menyerah pada sekutu dan keluarga mereka bersatu kembali. Selama limapuluh tahun Jan merahasiakan kisahnya karena trauma dan rasa malu yang ia rasakan pascaperang. Hingga pada suatu hari Jan melihat tayangan si televisi seorang comfort women dari Korea yang juga menjadi korban kejahatan perang. Ia mulai tergerak untuk membongkar kisahnya dan menyuarakan kebenaran. Perjuangannya untuk menyuarakan hak perempuan korban kejahatan perang dan menuntut permohonan maaf pemerintah Jepang menuai berbagai dukungan dan penghargaan. Buku ini dapat menjadi referensi bagi sejarawan yang tertarik dengan kehidupan orang-orang Eropa di Hindia Belanda meskipun dari perspektif Neerlando-sentris.
Rate: 3/5
Enjoy reading and tell yours!
xoxo