24 July, 2010
20 July, 2010
writing: simple but hard!
Berhubung disuruh nulis untuk buletin jurusan, Suryakanta, diperintahlah saya bersama Aura untuk menulis dan mewawancara seputara Kehidupan Mahasiswa semasa Tahun 1960-an. Ini tulisan saya belum digabungin sama hasil wawancaranya si Aura, maybe soon akan saya rilis ulang. Masih banyak khilaf dalam tulisan ini, so maklum plisss :) Here we go,
Secara sosial-kultural kehidupan mahasiswa dari masa ke masa pastilah berbeda, gaya hidup mahasiswa tidak lepas dari fenomena zamannya. Terlebih lagi pada masa 60-an, masa dimana banyak orang menyebutnya era Orde Lama. Pada era ini Pemerintahan Soekarno begitu dominan dari politik Demokrasi Terpimpin, gencarnya gerakan revolusioner yang digalakkan oleh para pemuda, hingga Gerakan 30 September yang merupakan satu dari banyak peristiwa kontroversial yang terjadi di Ibu Kota saat itu. Dalam rangka semangat revolusi yang digalakkan oleh Soekarno, para mahasiswa membentuk gerakan revolusioner bernama Pemuda Rakyat. Semangat yang juga didengung-dengungkan oleh Bung Karno yaitu sikap anti-nekolim (neokolonialisme dan imperialisme), dimana saat itu terjadi pemboikotan besar-besaran terhadap segala hal yang berbau Barat. Hal ini yang membuat era 60-an berbeda dengan masa-masa sebelum atau sesudahnya. Unik untuk dikaji kemudian bagaimana kondisi kehidupan mahasiswa ditengah kemelut politik saat itu, terlebih di daerah ibu kota Jakarta. Kesan modern tentu belum tampak pada masa itu terlebih lagi pemerintah sedang gencar-gencarnya untuk mengkampanyekan anti-budaya barat.
Gaya hidup mahasiswa saat itu jauh dari kesan modern dan justru sangat sederhana sekalipun bagi mahasiswa yang tinggal di Ibu Kota. Seperti yang tertuang dalam Jakarta 1960-an karya Firman Lubis, mahasiswa FKUI, dimana penulis menempuh pendidikan tinggi saat itu, mayoritas mengendarai sepeda sebagai transportasi ke kampus, sangat sedikit yang mengendarai sepeda motor diluar itu mereka menggunakan angkutan umum seperti oplet atau berjalan kaki. Dari segi gaya berpakaian belum ada mahasiswa yang memakai celana jeans seperti saat ini, selain harganya yang mahal dan belum diproduksi di dalam negeri, semangat anti-Barat begitu melekat pada masa itu sehingga bagi mahasiswa yang mengenakan jeans untuk kuliah buisa dianggap seorang kontrarevolusioner. Salah satu yang unik pada masa itu adalah belum ada mahasiswi yang mengenakan kerudung dan celana panjang, umumnya mereka memakai rokok. Televisi swasta belum boleh didirikan saat itu dan satu-satunya stasiun televisi yang ada hanyalah TVRI, itu pun baru mulai tayang pukul lima sore. Sedangkan RRI merupakan satu – satunya radio saat itu, sehingga salah satu hiburan bagi mahasiswa adalah menonton film di bioskop. Sekali lagi karena kuatnya semangat anti-Barat, maka film – film produksi Amerika dilarang tayang dan film yang diputar saat itu adalah film-film yang diproduksi oleh negara-negara sosialis seperti China, Rusia, Jepang, ataupun film nasional. Namun anehnya, Presiden Sekarno sendiri rutin menonton film Amerika setiap minggu di istana. Selain film, hiburan mahasiswa lainnya adalah mendengarkan musik melalui piringan hitam karena rekaman pita kaset belum ada saat itu. Musik yang menjadi trend di era itu adalah musik – musik pop Amerika, lagu-lagu dari Elvis Presley hingga The Beatles yang muncul di awal 60-an banyak disenangi remaja. Lagi – lagi semangat anti-nekolim menjadi alasan mengapa lagu-lagu The Beatles tidak diputar di Indonesia. Setelah itu mulai bermunculan musisi dalam negeri seperti Koes Plus bersaudara yang sempat ditahan karena dianggap sebagai kontrarevolusioner. Itulah sedikit gambaran kehidupan mahasiswa di era 60-an dimana gaya hidupnya sangat dipengaruhi oleh kemelut politik saat itu.
Berbeda dengan ibu kota, Yogyakarta yang notabene sebagai kota pelajar, di era yang sama tentu juga memiliki gambaran berbeda mengenai kehidupan mahasiswanya. Berikut kutipan wawancara redaksi Suryakanta bersama Bapak Djoko Soekiman, salah satu dosen Ilmu Sejarah FIB UGM yang juga pernah menjabat sebagai dekan FIB selama 3 periode. Beliau merupakan salah seorang mahasiswa yang juga menuntut ilmu di Universitas Gadjah Mada pada era 60-an.
Tugu Pancoran, belum ada gedung tinggi :))
PS: Suggestions are needed!
16 July, 2010
5 most-wanted stuffs :P~
long dress
(source: chictopia)
harem pants
source: chictopia
blue jeans vest
(source: lookbook)
browned leather belt
(source: liebemarlene.flickr )
leather shoes
source: urbanoutfitters
Those are my most-wanted stuffs that i haven't got yet and i hope could have them soon thou i got them in the flea-market or in any 2nd hand shop.
Uhmm, well sorry if those links aren't suitable with the pictures above, i just forgot to save the links ;)
13 July, 2010
Oranje Boven!
Actually, i've never follow anykind of football match, even when The World Cup comes. But, it's totally different in this WC 2010, i almost follow the matches, even it wasnt detail. Because everytime i sit on my computer, my father and brother always turn on the tv which is lied next to me, so automatically i focus on my monitors, the PC monitor and the tv. I don't know just because i learn Dutch, so i have to stand for The Oranje Team, a.k.a The Dutch Team. I even dont know who the players are, i just enjoyed those matches of Netherland after the Asian lost its representative in the WC (that was one of the sad moments when Japan was beaten by Uruguay). In my opinion The Oranje played well, if they didnt play well they couldnt get into the final of course. But I saw that they played rudely, it was showed by the number of the yellow card that given by referee, and one red card for Heitinga. I admitted that Spain has amazing keeper and they played quite well and i thought that they worth to be the winner. Beside it was my 1st time enjoyed the football match, i also got my 1st experience in gambling, and i'm the bad gambler. Marcel (Bagaskoro for sure), was the man who asked me to gamble, first, he asked me whether Spain or Netherland would be the winner, and i said that Spain probably could be the winner (as Paul Octopus said), but i clearly said that i support the Oranje. Then he asked me to gamble, he hold the Spain and i with the Oranje. The winner would be treated by the loser in the Waroeng Steak, kinda steak cafe.
Well, since those matches, i began to know those fascinating players like Van Bronckhorst (who has the Indonesian blood), the awesome Sneijder, the amazing Arjen Robben, and the others :)) thou i had dripped my tears while i was seeing Sneijder looked pathetic and cried :"((((( You guys are guhreaaaaaaattt and aw aw awesome! It just about the unfortunate fate (try to entertain myself anyway). I keep supporting the Oranje Boven (Oranje Almighty) thou some people here said that it's pathetic to support the country which is ever colonized us..but I dont care! Just the petty-minded people who say that sucha thing.
Anyway, i found damn-cool tees on Suave magazine...sucha brilliant idea and creative!
Do you get the point? So, the KNVB (Koninklijke Nederlandse Voetbalbond) made advertising by producing the Oranje tees which has the face-print of the Dutch players inside. When you turn t-shirt inside to cover ur face, the face-print of the player will appear and replace yours. Isn't it gorgeous???
--- Oranje Boven ---
10 July, 2010
balada Strawberry short-cake semasa SMA --"
Well, masih ter-influence dengan postingan sebelumnya, di hari yang sama juga, and those riot memories when I was in 8 SHS, especially in my 11th grade. Jadi, kebodohan yang dilakukan teman saya yang autis ini terjadi si masa-masa akhir kelas 2 sma, saking anak ini nggak tau iseng apa kurang kerjaan, sebut saja 1qBaLz (baca: Iqbal Ilhami), sampai2 punya pikiran kotor melakukan hal bodoh ini. So, waktu itu kaya'nya lagi jam kosong (nggak mungkin juga ini dilakukan pas jam pelajaran), si Iqbal dan teman ini iseng menempelkan gambar lain di atas foto Presiden dan Wapres. Antara tabu dan malu juga buat diceritain sebenernya, tau dong karakter Strawberry Short cake..? nah, karakter gadis si pemetik buah talok ini di tempellah sama si Ikbal menggantikan wajah Presiden kita tercintcaaahhh itu. Sedangkan foto Pak Wapres ditempeli dengan foto Pak Ismadi, guru Bahasa Jawa sekaligus Bahasa Indonesia kita itu. Oke, janggalnya lagi kejadian itu nggak terungkap bahkan nggak ada guru yang menyadari hingga kita beranjak ke kelas 3.
source: google.com
Oke, masih ingat dong siapa Pak Nur di postingan ini, jadi pas kita udah kelas tiga nih, sekonyong-konyong beliau masuk kelas kita dan mencari siapa pelaku penempelan foto baru diatas foto Presiden & Wapres di ruang XI IPS, alias ruang kelas kita dulu, karena Pak Nur saat itu memang sedang mengajar di ruang kelas tersebut. Akhirnya ada juga guru yang menyadari peristiwa autis tersebut meski memerlukan waktu yang cukup lama hahahaa... Oke dengan polosnya Ikbal mengangkat tangannya sebagai tanda bahwa dirinyalah yang melakukan hal tersebut. Ikutlah si Ikbal bersama Pak Nur ke ex-ruang kelasnya untuk melepas foto gadis Strawberry Short-cake yang menempel di foto Presiden dan Foto Pak Ismadi yang menempel di atas foto Pak Wapres itu --"
dan inilah paras pria bodoh itu...
dia ini anak Sri Plecit juga, band yang juga sempat saya ceritakan di sini
ini versi lebih mendingannya ;) meski itu perlu diedit berkali2 biar eye-catching! haha...
#Maaf sebelumnya jika postingan menyinggung pihak-pihak terkait. Postingan ini pure ditulis hanya untuk kenangan semata, tidak lebih, tidak kurang, segala yang tertulis hanya luapan dari tawa yang tak terbalas seperti tetesan embun yang tak terucap oleh Angin kepada Hujan (hayah...) --"
09 July, 2010
balada sinetron semasa SMA
Jadi.... semalam saya menghabiskan indahnya malam (prettt, perasaan semalam jogja hujan) bersama highschool squad saya; Acid, Nesti, dan Dyah! Jadi, karena kami ini selalu kehabisan kesenangan saat liburan, alias bosen nggak ada gawe jadi kami memutuskan untuk kongkow. Pertama kami menghabiskan stik tahu oleh2 dari Kediri bawaan Acid, sembari nobar The Last Wolf, a.k.a Serigala Terakhir (itu lho yang pemainnya ganteng2 naudjubilleh... :P~) @ Dyah's house. Then kita capcus buat makan di bakmi Jowo daerah JEC karena menunggu sodari Ellak yang tak kunjung tiba dengan pesan smsnya: OTW (Oh Tunggu Wae) dari beberapa jam sebelumnya yang akhirnyasampai kita selesai makan dia juga nggak nongol juga. Disela - sela waktu usai makan kami ngobrol sana/i sampai akhirnya Nesti teringat akan sebuah cerita konyol semasa SMA.
Well, begini ceritanya. Cerita klasik, pasti ada dong hampir di setiap semua sekolah ada yang namanya guru killer alias guru yang sukanya ngeluarin air liur kalau lagi ngeliat sesuatu yang menggiurkan (eh ngiler ding) ~apa deeehh. Nah kita ada satu dari beberapa guru yang killer, sebenarnya killer lebih ke serem, disiplin, dan nggak banget deh kalau buat anak urakan macam kita, tapi yang pastinya sih baek luar-dalem (hayah...), salah satunya Pak Nur, si do'i ini wakasek bagian kesiswaan yang juga guru Bahasa Indonesia. Jadi lagi, kebetulan Aku, Acid, Nesti dan Dyah satu kelas (IPS), waktu itu kita lagi kelas 2 dan kebetulan lagi ada jam kosong. Karena kita ini agak sensitif kalau terlalu lama berdiam diri di dalam kelas, maka kami lebih banyak menghabiskan waktu senggang dengan berleha-leha di luar kelas, seperti saat jam kosong waktu itu. Nahhh, karena kelas kita ini dilantai 12, eh, cuma di lantai 2, so kita suka nongkrong di teras luar kelas, semacam beranda gitu, entah itu gelesotan di bawah atau lihat2 pemandangan di pagar tembok dari atas. Pas lagi leha-leha gitu kita ngeliat Pak Nur yang lagi ngajar di kelas bawah, dia lagi berdiri didepan pintu. Karena takut dimarahi/ didatengin karena leha-leha di luar kelas saat jam pelajaran, alhasil kita semua langsung nunduk dan ngumpet di balik pager tembok (masih di teras kelas) dan teuteup ngelanjutin leha-leha. Beberapa dari kami mencoba berfantasi sambil nyeletuk:
siswi yg doyan berandai2: "eh coba ya pas kita lagi santai-santai gini eh Pak Nur tiba-tiba mak jegagik (ungkapan untuk sekonyong2 dalam bahasa Jawa) nongol di sebelah kita, padahal tadinya dia ngeliatin kita dari kelas bawah situ...kikikikiki..." celetuk seorang dari kami
si yg cuma bisa ikut2an: "eh iya ya..." dan Nggak lama kemudian tiba-tiba kami langsung njranthal masuk ke dalam kelas begitu melihat sosok yang lagi diomongin itu muncul diantara kita, Malang bagi si Eki yang lagi sendehan di pager tembok sambil liat2 lantai bawah telat banget menyadari keberadaan Pak Nur & alhasil dia jadi pelari terakhir yg masuk kelas. Okay, semua sudah masuk ke dalam kelas dengan kegaduhan yang luar biasa tak lupa disertai Pak Nur yang ikut2an masuk ke dalam kelas. Setelah berkotbah bla bla blah kenapa kita ada di luar kelas dan jam kosong, beliau keluar kelas sembari memeperperingatkan untuk tidak kembali berleha-leha di luar kelas. Seketika setelah beliau keluar kelas, kita langsung gaduh lagi,
siswi yg tadi berandai2 : "eh yaampuun sumpahhhhhh yang tadi beneran kayak sinetron!"
siswi yg cuma bisa ikut2an : "iya,kayak sinetron aja."
siswi cupu yg tak tahu apa-apa: "eh,eh,eh, emang apaan si?"
siswi yg ikutan nongkrong di luar kelas: "jadi tu kita lagi mbayangin kalo pas kita lagi santai-santai gitu eh tiba-tiba Pak Nur udah muncul aja di sebelah kita. Eh beneran deh tadi tu pas kita lagi liat dia ngajar di kelas bawah, eh tiba2 mak jegagik dia udah nongol gitu aja di deket kita (ketawa/i)" Sembari yang lain masih gaduh, tiba-tiba sosok itu muncul lagi, siapa lagi kalau bukan Pak Nur.
Pak Nur: "iya ya.. Kayak sinetron..kayak sinetron! Apanya yang kayak sinetron (sembari menirukan gaya siswi yang baru saja mengoceh masalah Pak Nur dan sinteron tadi) Yah bisa disimpulkan kalau waktu itu beliau ikutan nguping dari luar kelas pas kita ribut lagi.
Demikian cuplikan kisah asmara saya semasa SMA yang bak sinetron itu (fiiuuuuhhh --")
XI IPS'09 with Mrs. Yanti and student exchange, Sonja Schneider
06 July, 2010
Freaky Sunday with the Weirdos
Jadi, jadi, jadi... kemarin Minggu (02/7/10) sudah terrencanakan dengan matang mau nonton band ska idola saya, Sri Plecit, dengan vokalis yang amazing meski tata suara belum terdidik dengan sempurna (but well, it's just ur 1st experience guys), yang master mikropohone digawangi oleh ananda Wipti dan brada Grameh. Jadi..katanya mereka manggung di depan kampus d3 ekonomi UGM jam 10.40 WIB dan saya sudah ready bangun jam9 pagi Waktu Perawan Ngebo, trus langsung capcus ke basecamp Majestic-55 dimana saya akan menjemput saudara Welly tercyiiiiinnnnccaahh! Naaaahhh saya ontime juga nih masalah beginian jam 10.30 an udah otw jalan kaki dari fakultas Hukum melewati pasar sunmor menuju ke venue (halah) (saya pikir k kan jam 10.40 jarum panjang di arah jam 4 kan y.jadi saya usahakan paling tidak jam10 udah otw gitu, ternyata baru tersadar kalo 10.40 itu ya angka panjangnya di angka 8, jadilah saya ontime sekaleeee ~apa deeeh). Nyampek sana bingung juga..venue dipenuhi beberapa remaja labil, mas2 metal gahoels, pokoknya semacam anak2 band komunitas gitulah. Setelah cas-cis-cus sama mas Welly dan anak2 Sri Plecit kami nunggu dong mereka tampil. Eh nggak taunya bikin syok delapan turunan, mereka tampil diperkirakan jam 2-an gitu, tau sendiri dong rencana tampil jam 10.40, selain daripada nggak tahu alasan molornya kenapahhh kita perlu nunggu adzan dhuhur juga (kebetulan venue sebelahan sama gereja,eh, masjid Kampus UGM) dan semacam perlu menunggu daripada waktu istirahat. Nah waktu nunggu jam MCK itu, kita sampek miris ngeliatin paar penjual udah bebenah warung...(Wew..siapa yang mau nonton??) Anak - anak Sri Plecit lainnya udah bad mood dan nggak niat buat tampil, secara you know what cuma band mereka aja yang beda aliran (ska theraphy)..secara selama acara berlangsung dari pagi para penampil adalah band2 grindcore, screamo, metal hardcore, atau apalah itu yang suka kita sebut 'musik huik..huik'. Oke, masalah keduanya mungkin karena si Grameh nya juga nggak dateng dan otomatis Wipti aja yang megang vokal, dia tambah gak pede dan frustasi. Oke next problem adalah (mungkin ungkapan yang tepat) Menunggu 3 Jam dibayar hanya dengan 3 buah nasi bungkus, eh salah, Menunggu 3 Jam hanya untuk 2 buah lagu!!! Ironisnya di sini, Sob! (hayah..) pasalnya kata Wipti mereka bakal maen 3-4an lagu,eh, ternyata mereka cuma dikasih maen 2 lagu aja. Oke yang kocak lainnya adalah check sound mereka sebelum itu yang dibilang nggak lama juga, Joyo perlu bebenah ngeluarin keyboardnya, pasang kabel sana/i, begitu juga dengan yang laennya, saya rasa dua buah lagu sama lamanya dengan mereka bebenah sound (dubrak!) Oke another problem was secara mereka itu tampil jam 2an, siapa coba yang mau nonton??orang lewat?? Sunmor jelas2 udah bubaran jam 11an, alhasil sejauh mata memandang yang nonton ya temen2 penampil sama beberapa band yg lagi nunggu giliran, o ya sama panitia. (tapi sumpah saya nggak tau mana yang panitia mana yang bukan, nggak jelas ah pokoknya oraganizernya. MC juga kadang nongol cuma buat ngasih tau siapa penampil berikutnya mana mukanya mirip adiknya Wipti lagi,haaaaa)...zzz For God's sake, that was sucha freaking gig for them and for us too. Yah tapi ini semua buat pembelajaran kita aja..setiap karier pasti ada manis pahitnya juga ;))
Sri Plecit shocking ska-therapy
Oke dengan segala keluh kesah pasca manggung, Aku, Wipti, Mas Welly, dan beberapa anak pecinta alam sma 8 yang nyusul kesitu capcus ke Majestic buat ngomongin rencana naik merbabu. Selesai ngomongin hiking, kita memutuskan untuk membuang segala penat and those kinda shits dengan ngawul-ngawul a.k.a visiting flea-market di daerah Ngasem. Saya memutuskan membeli satu buah kaos panjang yg baru nyadar kalo label '3L' dibalik bajunya itu ukurannya bukan mereknya hahaha....Wipti dapet satu rok nih tapi masih mau nyari di graha awul2 lainnya, Naaaahh Mas Welly ada rekomendasi Boutique Awul-awul di bilangan PKU Muhammadiyah, tapi pas dijabani kesana ternyata tokonya udah nggak ada tak berbekas. Terpaksa kita balik ke awul-awul yg di daerah Ngasem tadi buat beli rok yang udah dipilih Wipti. Kelar gitu kami masih bingung memutuskan mau makan dimana, secara seciri dari tadi pagi saya belum ngembat nasi. Oke kita memutuskan buat makan di daerah Nologaten (belakang Amplas), nah aku sempet ngeliat Joyo sama satu anggota SP di bangjo Demangan ya aku pikir mereka mau pulang bareng kelar manggung tadi. Oke kita tiba2 berhenti di Jembatan Sayidan masih bingung mau milih warung makan yang mana, sembari saya nyari komedo lewat kaca spion, eh ternyata Wipti mendadak dikabari buat manggung di SMPN 1 Gamping. Mampus loh daerah mana itu. Oke rencana makan kita batalin, kita langsung capcus nyamperin anak2 SP lainnya yang udah nungguion did aerah perempatan Wirobrajan. Oke sine, nggak ada yang tahu dimanakah persisnya SMPN 1 Gamping itu berada, alhasil kita bolak-balik nanya dari satu orang ke orang lainnya, dari yang udah jauuuuuhhh jalannya ternyata diarahinnya udah kebablasan! Well, Jalan Wates is truly-amazing street! Kendaran was-wes-wos dengan kecepatan kuda! Ibarat kata jalan disitu benar2 nyenggol nyawa lah (lebay...) Oke nyampek di depan venue juga akhirnya. zzziiinnggg..tapi kok sepi??? Oke, well katanya venue-nya masih perlu masuk kedalam sekolah. Well, well, well, begitu masuk udah ada Ngehek sama Grameh disana dan itu acara reuni alumni keluarga mahasiswa ugm, eh bukan, acara reuni smp! Begitu masuk dan liat panggungnya, ibarat kata ini saya lagi ada di setting acara 'pesta-pestaan' sebuah ftv, kursinya yakin bisa diitung pake kalkulator eh nggak gitu banyak deh, yakin deh nggak nyampek tiga digit! Dari MC yang nggak jelas dan garing abis, dari check sound yang lamanya sama dengan 3 kali durasi maen maen bola (hahhaha lebayyy) sampek suara mic yang ngang-nging-ngang-nging! That was another freaking gig! Tapi mayan lah they had sucha better appreciation than the previous one. Oke waktu udah maghrib, kali ini kita benar-benar memutuskan nyari makan, jadilah kita ke SS daerah Grha Sabha Permana. Saya sok hedon gitu ngusulin ketempat itu,huehehe. gaya bener ah! But my stomach was really full with million sacks of stones!
Well, that's just couple my of freaky moments with the weirdos
05 July, 2010
open old melodies
Well, sempet syok begitu iseng membuka Official-Twitter dari Band idola yang telah lama saya elu-elukan semasa SMA, The Upstairs. Kemarin malam saya baru tau kalo mereka mau manggung di Jogja Expo Center malam besoknya..uwaaw! #secara band semacam mereka jarang banget singgah untuk sekedar nge-gigs di kota kami ;) Alhasil langsung saya sms-in para gadis brutal like ; Elak, Dyah, and Nesti, but Nesti unfortunately couldn't come bcoz she had to go to Surabaya for vacation. And of course I didn't forget to tell this sudden news to Deph and Lona, old pals that we got from the 1st The Upstairs' gig that we saw in Jogja, minus Tere, the other Modern Darlings.
Jimmy - Olah suara
Kubil Idris - Tata petik guitar
Beni Ardyanthoro - Penggebuk
source: facebook of the upstairs
Jadi, begitu sampai di TKP kami masih perlu meragukan apakah kita berada di venue yang salah atau bukan?! Pasalnya disitu acara Jogja Fair juga ada, padahal rumornya itu mereka bakalan maen di event semacam clothing carnival. Setelah malu-malu bertanya kepada bagian informasi, kita dapatkanlah venue yang cocok, yaitu di sayap sebelah timur. Beli karcis, masuk, dan tersesat di dalam gedung. Banyak umat disana dan nggak jelas panggungnya ada disebelah mana, pasca si Elak dapet wangsit kita jalan kea rah belakang gedung, dan terpanggillah namaku (ihiiiiirrr eksim, eh, ekseeeessss!) disitulah kami bertemu dengan Devi! Bersama pacarnya tanpa si Lona yg konon nggak boleh pergi. Nah FYI, Lona dan Devi yang berjarak satu tahun lebih muda dari kita, sebenernya masih ada satu lagi namanya Tere yang satu tahun lebih tua dari kita, kita ketemukan saat nonton The Upstairs pertamax, waktu di UNY. Ngobrol sana-sini setelah bertemu Tito dan cukup lama nunggu Upstairs main. Setelah MC mulai bacot dan langsung manggil Upstairs maen. Unfortunately, personil aselinya tinggal tiga, Jimmy, Beni , dan Kubil, nggak tahu yang laen kayaknya masih additional gitu. Satu yang megang synthesizer dan bassist adalah personel Morfem juga, band baru yang juga digawangi oleh Jimmy itu. Sungguh sedi rasanya (preeeettt) mengetahui kalo Dian si suara latar dan the charmest, Alfi Chaniago harus resigned dengan alasan yang belum saya ketemukan hingga sekarang. Sebenernya saya sudah tau fenomena itu pada malam sebelumnya saat ngobrak-abrik kembali halaman2 The Upstairs di Twitter dan Facebook. Oke move to the stage.
Aksi The Upstairs tentu tak luput dari Modern Darlingsnya, yap betul, semalam memang ada para MD yang meski nggak begitu banyak dan penonton juga gak gitu rame, mereka berdansa dengan kostum yang menyolok mata. Berbeda jauh dengan tampilan Sang Artis yang saat itu hanya mengenakan jins casual dan kemeja dan beberapa kaos lengan panjang dengan motif garis2. ya, tampilan mereka sudah jelas kontras dengan tampilan mereka beberapa tahun kepungkur (haha..), selain dari jumlah personil dan kostum tentunya, terlihat mereka mencoba lebih dewasa dan elegan. Selain itu beberapa waktu yang lama lalu saya menyimak komentar Jimmy di salah satu televisi saat pameran tunggalnya diliput, menurutnya corak warna2 yang mencolok mata which is he used to wear, sudah banyak dikonsumsi oleh masyarakat saat ini dan menjadi one of the popular culture (kalau nggak salah menyimpulkan), jawabnya saat ditanya mengapa sudah tidak lagi mengenakan baju warna/i. Back to the satge, lagu pertama yang dibawain…(lupa) yang jelas ada Modern Bob dan Apakah Aku ada di Mars, dilanjutin Gadis Gangster, Amatir, Mosque of Love. Mereka juga sempat memainkan satu buah tembang dari sahabat mereka sendiri, Goodnight Electric, yang mengusung judul Rocketship goes by. Begitu tau kalau tembang itu yang akan dimainkan, saya berimajinasi sejenak wah, pasti bakal seru nih maen synthesizernya, tapi ternyata jauh dari khayalan saya, si pemain tambahan dari Morfem tadi justru meninggalkan synthesizer-nya dan segera mengambil basisnya. Rocketship mereka bawakan Dengan nuansa yang selooow sedikit gloomy dan sepertinya tanpa gebukan drum Beni Ardhiantoro. Alunan lagu dari Album Magnet!MagnetMagnet! tak lupa dibawakan, seperti: Kudengar Dia Panggil Namaku, Kami Datang Untuk Musik, Tembang – tembang berikutnya mampu membuka memori – memori masa SMA saya dan sekaligus deretan lagu favorit seperti; Matraman, Dansa Akhir Pekan, dan Terekam (tak pernah amatir) yang menjadi temban pamungkas gig malam itu. Selesai pentas kami lanjut keluar gedung dan syit! Jogja diguyur hujan. The gig was so nice though it wasn’t seemed like they used to be. And as you know that they’ll become another everlasted-legend in my music library yeahhhhhs!
Subscribe to:
Posts (Atom)